Di sebuah gang kecil di pinggiran kota, suara mesin jahit tua masih setia berdengung dari rumah Pak Udin. Lelaki paruh baya ini dikenal warga sebagai penjahit kasur rumahan, menerima pesanan dari tetangga sekitar dan beberapa kios perabotan. Tapi siapa sangka, di sela waktu luangnya, ia justru menemukan kejutan dari hal yang sama sekali tak berhubungan dengan benang dan kain.
Saat menunggu bahan kasur dari toko langganan yang belum juga datang, Pak Udin memilih duduk santai sambil membuka ponselnya. Tak sengaja, ia kembali membuka aplikasi Mahjong Ways yang pernah diunduh keponakannya. “Awalnya cuma pengen isi waktu,” ujarnya. Tapi satu sesi main santai itu membawa kejutan tak terduga.
Putaran Santai, Cuan Datang
Pak Udin bukan tipe yang paham soal strategi rumit. Ia mengandalkan perasaan dan sekadar menghibur diri di tengah rutinitas menjahit. Namun pagi itu, layar ponselnya menampilkan simbol-simbol yang tak biasa. Angka kemenangan terus bertambah hingga mencapai nominal yang cukup besar untuk ukuran penghasilan harian seorang penjahit kasur rumahan.
“Saya sampai nanya, ini beneran?” katanya sambil tertawa kecil. Uang hasil menang itu akhirnya ia gunakan untuk membeli bahan kasur dalam jumlah lebih banyak, sekaligus membayar cicilan alat jahit barunya yang selama ini ia tunda-tunda.
Main Aman, Tetap Fokus Usaha
Meski sudah pernah merasakan cuan, Pak Udin tetap menjadikan Mahjong Ways sebagai hiburan semata. Ia tidak bermain tiap hari, hanya saat waktu benar-benar senggang. “Usaha tetap nomor satu. Tapi kalau rezeki datang dari hiburan, ya disyukuri,” ujarnya bijak.
Ia pun tak sungkan berbagi cerita ke pelanggan setianya. Tak sedikit yang terinspirasi oleh kisah Pak Udin—bukan karena besarnya uang yang didapat, tapi karena semangatnya yang tetap membumi meski menemukan rezeki dari layar ponsel.
Kisah Sederhana yang Membekas
Kisah Pak Udin menjadi pengingat bahwa keberuntungan bisa datang dari mana saja, bahkan di sela menunggu pesanan jahitan. Dengan niat yang lurus dan sikap bersyukur, cuan pun bisa hadir tanpa harus mengorbankan pekerjaan utama.
“Kalau semangat kerja tetap dijaga, yang sampingan bisa jadi bonus,” katanya menutup obrolan, sebelum kembali menyusun tumpukan dakron dan sarung kasur pesanan yang baru datang. Di pojok ruangan, ponselnya tetap menyala—siap jadi teman di sela-sela menjahit selanjutnya.